di dunia ini aku bertebaran, bagai jasad tanpa raga. memakan udara melihat dengan kepala debu menerpa segala tubuh ini membisikkan kata tajam mengiris kulit. dirimu begitu indah aku akan menunggumu pelangi hingga hujan bintang yang berikutnya. hanya menyanyikan lagu manis melodi melankolia romansa dalam keindahan nada, terhadap dalam jauhnya konsep hipokrit para penjaga penguasa hati ini. aku ada didalam dirinya, dirinya adalah bagian dariku. kita adalah satu dalam suatu tubuh yang sama hanya saja kita berbeda pikiran. aku adalah aku aku adalah kamu dan kamu adalah aku. melihat dengan mata yang sama namun berjalan dengan kaki yang berbeda tujuan, terhujam engkau pisauku dan juga engkau darahku. sahabat sejati adalah dirimu sendiri mereka tidak mengerti kita yang saling menyayangi...
tertidur dalam pelukan duri lemparan batu dan bara yang berserakan tetap membuat tubuh ini berputar lebih cepat tanpa henti. kata-kata mereka yang menghantam pikiran langsung menjatuhkan terhempas ke tanah yang keras. diri ini dihadang ratusan perasaan takut yang mengernyit dijantung sakit sekali seperti berada dalam keadaan berdiri sadar dan siaga namun tiba-tiba jatuh kebawah dengan kecepatan super lalu terhenti dan terdengar suara lembut saat menatap ke langit biru dan alam yang hijau, Sesuatu yang MemBisikkan Kalbu. mengapa engkau masih berada didunia ini.
semua terasa damai hingga lepas kendali diri ini terbang menuju nirwana yang mengalun syahdu bisikan kematian yang menyejukkan sepertinya tangan dan mata ini menulis catatan bunuh diri yang indah dan romantis dalam spektrum warna yang klasik begitu menyentuh jiwa aku hanya melihat apa yang ingin aku lihat.
semua terasa damai hingga lepas kendali diri ini terbang menuju nirwana yang mengalun syahdu bisikan kematian yang menyejukkan sepertinya tangan dan mata ini menulis catatan bunuh diri yang indah dan romantis dalam spektrum warna yang klasik begitu menyentuh jiwa aku hanya melihat apa yang ingin aku lihat.