Mata Kelamin

segala nafsu memburu berdecak diantara dinding-dinding tak bernyawa semua mata kelamin saling mencari aromanya sendiri, saling meracuni menebarkan pikiran yang menghasut alam bawah sadarku. duduk dipinggir trotoar mereka begitu ramai suasana begitu gemerlap aku menatap langit setengah biru kemerahan begitu kosong sangat aneh mengherankan.

mereka tertawa tanpa tahu didalamnya menangis tanpa kata begitulah waktu sangat membunuh kita dalam kehidupan yang fana ini, terdiam kembali nyanyian ekstrem terdengar membahana ditelinga penglihatan menjadi sangat menakutkan keindahan yang mengerikan mampu membuat jantung berdebar. sudut sisi lain otak bekerja sangat keras ketika hujan turun berlari berteduh bertelanjang kaki sangat disayangkan menyedihkan begitu rapuh namun tegar.

semuanya hanyalah hidup hanya bisa berjuang tanpa nama tanpa mimpi tanpa obsesi selintas terlihat hanya ada rasa sayang yang membuat bertahan walaupun pahit dan pedih harus terus berlari memacu harapan yang seharusnya begitu cantik dan begitu suci halus dalam kategori yang terbagi menjadi beberapa hukum alam yang saling bersimbiosis.

hanya bisa menatap dan memandangi begitu kosong kembali lagi terjadi identitas diri yang tersimpan erat didalam hati masing-masing individu merdeka yang bebas melakukan apa saja tanpa terikat sistem bobrok yang sangat usang busuk dan licik. kepulan asap keluar dari bibir mungilnya menatap sangat bangga tak perduli lagi anugerah yang diberikan dan dimiliki itu bukanlah milik pribadi itu miliknya yang suatu saat akan diambil kembali karena habis masa kadaluarsanya hati-hati melangkah banyak lubang yang sangat dalam menganga meminta korban.

beginilah aku membiaskan dalam harfiah diri yang sangat rumit konsentrasi kontemporer yang begitu abstrak meraka hanyalah sebuah pion hening yang bergerak sesuai aturan kitab menari-nari kesana kemari. kulihat lagi sejenak jam pulangku pada sore senja pilu dan sendu kembali ke dunia yang penuh dengan fatamorgana dan misteri jagad raya.

0 komentar:

Posting Komentar